Rabu, 04 April 2012

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH


1. Pendekatan Piaget: Anak operasional konkret
- Tahap operasional konkret merupakan tahapan ketiga perkembangan kognitif Piaget (rata-rata usia 7-12 th) dimana anak berkembang dalam hal logika tetapi bukan pemikiran yang abstrak.
- Anak-anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari situasi. Namun demikian, pemikiran mereka masih terbatas pada situasi-situasi nyata saat ini dan sekarang.

- Mereka memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai konsep spasial, sebab-akibat, pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi, serta angka.
- Seriasi : kemampuan mengurutkan item-item sepanjang dimensi-dimensi
- Penyimpulan transitif : pemahaman hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan keduanya dengan objek ketiga
- Pemahaman induksi : khusus – umum
- Pemahaman deduksi : umum – khusus

- Contoh-contoh pemahaman-pemahaman tersebut:
- Konsep spasial : anak memiliki ide yang lebih jelas mengenai jarak dan rute perjalanan
- Sebab-akibat : anak mengetahui atribut fisik suatu objek pada tiap sisi timbangan akan mempengaruhi hasil
- Pengelompokan : anak dapat memisahkan benda-benda berdasarkan warna, bentuk, atau keduanya
- Penyimpulan seriasi dan transitif : anak dapat menyusun tongkat dari tongat yang paling pendek hingga tongkat yang paling panjang
- Penalaran induktif : anak tahu bahwa anjingnya menggonggong, dan anjing temannya menggonggong, maka semua anjing menggonggong.
- Penalaran deduktif : anak tahu bahwa semua anjing menggonggong, spot adalah seekor anjing, maka spot pasti menggonggong.
- Konservasi : pada usia 7 tahun anak tahu bahwa jika sebuah bola tanah liat dibentuk menjadi sosis maka jumlahnya masih sama. Pada usia 9 tahun anak juga akan tahu bahwa bola dan sosis memiliki berat yang sama.






Angka dan matematika : anak dapat menghitung di dalam pikirannya dan dapat memecahkan masalah cerita yang sederhana
 Pemahaman moral berkembang dalam 3 tahap:
a. Usia 2-7 th, didasarkan pada kepatuhan dan otoritas
b. Usia 7-11 th, dicirikan dengan fleksibilitas dan sedikit kadar kemandirian didasarkan atas rasa hormat dan kerja sama yang timbal balik
c. Usia 11 th ke atas, “kesetaraan” memiliki makna yang berbeda bagi anak. Bagi mereka anak usia 2 tahun yang menumpahkan tinta seharusnya mendapat hukuman yang berbeda dengan anak 10 tahun yang menumpahkan tinta pula.

2. Pendekatan Pemrosesan Informasi: Ingatan dan keterampilan
- Anak membuat kemajuan yang stabil dalam kemampuan memproses dan mempertahankan informasi
- Metamemori : pemahaman mengenai proses ingatan
- Metakognisi : kesadaran seseorang akan proses mentalnya sendiri
- Strategi mnemonic : teknik untuk membantu ingatan
- Contoh stratgi mnemonic: penggunaan alat-alat bantu eksternal (mis: catatan), pengulangan (mis: mengucapkan secara berulang-ulang), organisasi (mis: mengelompokkan informasi ke dalam berbagai kelompok seperti hewan, tumbuhan, dll) , dan elaborasi (mis: mengaitkan item dengan sesuatu yang mudah diingat seperti sebuah frasa, tempat, atau kisah)

3. Pendekatan Psikometrik: Pengukuran kecerdasan
- Tes psikometrik untuk usia sekolah dapat disajikan dalam bentuk individu maupun kelompok
- Contoh tes kelompok : Otis-Lennon School Ability
- Contoh tes individu : Weschsler Intelligence Scale for Children (WISC), Stanford-Binet Intelligence Scale
- Teori kecerdasan Triarchic dari Sternberg, ada 3 unsur kecerdasan yaitu:
a. Componential
Merupakan aspek analitis dari kecerdasan. Tes-tes IQ konvensional hanya mengukur unsur ini.
b. Experimental
Merupakan aspek perspektif atau kreatif dari kecerdasan
c. Contextual
Merupakan aspek praktis dari kecerdasan. Praktis: menentukan bagaimana orang-orang menangani lingkungannya.
- Teori kecerdasan majemuk dari Gardner, ada delapan kecerdasan, yaitu :
a. linguistik (kemampuan menggunakan dan memahami kata-kata dan nuansa makna),
b. logika-matematika (kemampuan untuk memanipulasi angka dan memecahkan masalah logika),
c. spasial (kemampuan mencari jalan di seputar lingkungan dan menilai hubungan antara objek dalam ruang),
d. musikal (kemampuan mempersepsikan dan menciptakan pola-pola nada dan ritme),
e. tubuh-kinestetik (kemampuan bergerak dengan ketepatan),
f. interpersonal (kemampua untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain),
g. intrapersonal (kemampuan untuk memahami diri),
h. naturalis (kemampuan membedakan berbagai spesies dan karakteristiknya)
- ZPD (Zone of Proximal Development) adalah perbedaan antara item yang dapat dijawab anak dengan sendiri dan item yang dapat dijawab anak dengan bantuan


4. Bahasa dan Literasi
- Kemampuan bahasa terus tumbuh, mereka memiliki kemajuan dalam kosakata, tata bahasa dan sintaks
- Wilayah utama pertumbuhan linguistic selama masa sekolah adalah pragmatic
- Pragmatik: sekumpulan aturan linguistic yang mengatur penggunaan bahasa untuk komunikasi.
- Anak-anak dapat mengidentifikasikan kata yang dicetak dengan 2 cara:
a. Decoding
Proses analisis fonetik dimana kata tercetak diubah menjadi bentuk percakapan sebelum disimpan dan diingat kembali dari ingatan jangka pendek. Proses mengajarnya disebut fonetik atau pendekatan penekanan kode, yaitu pendekatan untuk mengajar membaca yang menekankan decoding kata-kata yang tidak familiar
b. Menyimpan dan mengingat kembali berdasarkan visual
Proses penyimpanan dan mengingat kembali suara kata tercetak ketika melihat kata sebagai suatu keseluruhan. Proses mengajarnya disebut pendekatan keseluruhan bahasa, yaitu pendekatan untuk mengajar membaca yang menekankan penyimpanan dan pengingatan kembali visual dan penggunaan isyarat kontekstual
- Keterampilan menulis tumbuh seiringan dengan perkembangan membaca

5. Anak di Sekolah
- Sekolah merupakan pengalaman formatif utama, mempengaruhi setiap aspek perkembangan
- Pengalaman awal sekolah merupaka hal yang kritis dalam mempersiapkan keberhasilan atau kegagalan masa depan
- 3 sumber masalah belajar yang sering muncul adalah keterbelakngan mental, kesulitan belajar, dan ADHD (attention deficit hyperactive disorder). Disleksia adalah kesulitan belajar yang paling lazim





Sri Esti. W Djiwandon. Psikologi Pendidikan. 2006. Jakarta: Grasindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar