Rabu, 25 April 2012

Self-directed changes

Self-directed changes A. Konsep dan Penerapan Self-directed changes : Mahasiswa mengetahui dan termotivasi untuk melakukan perubahan pribadi dengan melalui tahapan: 1. Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif. 2. Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya. 3. Pencatatan perilaku: menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan. 4. Menyaring anteseden perilaku: bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi. 5. Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental. 6. Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana. 7. Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Daftar Pustaka Sudjana, D. (2000), Pendidikan Luar Sekolah, Sejarah, Azas, Bandung Falah Production Dart, Barry. 1997. Adult Learners’ Metacognitive Behavior in Higher Education. dalam Adult Learning: a Reader. Edited by Sutherland, Peter. London: Kogan Page Anonimus, Adult literacies online, http://www.aloscotland.com/alo/141.html , akses pada 14 Mei 2010 Inkeles, A., dkk (1982) Handbook in Research and Evaluation: For Education and Behavioral Science. San Diego California. Edits.

Rabu, 04 April 2012

Musik Aliran Emo

Emo merupakan jenis musik yang masih serumpun dengan punk. Emo sendiri banyak yang menyebutkan berasal dari kata emotion, emotional, atau emotive.

Selain Story of The Year, band-band asing lainnya yang termasuk kategori beraliran emo yaitu The Used, Rufio, Silverstein, Good Charlotte, Funeral For A Friend, Matchbox Romance, All American Reject dll. Beberapa dari band tersebut ada yang tidak mau menyebutkan diri mereka sebagai band beraliran emo, mereka lebih suka menyebutkan mereka hanya memainkan musik punk rock dengan sedikit sentuhan pop.

Emo identik dengan musik yang berlirik puitis, melankolis, berarti dalam, mengandung banyak kemarahan dan kesedihan tentang kematian, keinginan untuk bunuh diri, ditinggal kekasih, hidup yang susah atau tentang keluarga yang broken home. Lirik-lirik tadi biasanya disuarakan dengan teriakan yang keras, yang menggambarkan kesedihan mereka.

Band-band emo banyak menggunakan suara-suara gitar yang kompleks dalam lagu mereka, namun tidak jarang yang hanya menggunakan gitar akustik saja. Dibanding musik punk, musik emo seringkali lebih soft dan lambat, atau musik emo mirip dengan musik pop-punk namun sedikit lebih rumit. Ciri khas dari aliran ini yaitu teriakan atau growl yang keras dari vokalisnya untuk lebih mendapatkan soul emosional dari lagu yang mereka bawakan.

Ada juga yang menyebutkan emo kepanjangan dari emocore. Tapi emocore sendiri sebenarnya bisa dikatakan aliran yang berbeda dengan emo. Emocore merupakan campuran antara emopunk dan hardcore. Mungkin bisa disebut juga musik hardcore dengan lirik yang emosional. A Static Lulaby, Underoath, serta Saosin adalah sedikit dari banyak band yang beraliran emocore.

Dari segi musikalitas, sulit dibedakan antara musik emo dengan emocore. Bahkan jika didengar secara selintas, nyaris nggak ada beda. Jadi agak rancu juga menyebutkan perbedaan emo dengan emocore. Membedakan antara musik emo dengan punk rock juga cukup sulit, akibatnya orang seringkali menjadi bingung untuk membedakan antara emo, punk, dan hardcore. Hal ini dipersulit dengan kebiasaan beberapa band yang nggak hanya memainkan satu jenis musik saja, namun mereka sudah teranjur terikat dengan image suatu jenis musik yang biasa mereka mainkan. Maka bila band tersebut memainkan jenis musik yang berbeda maka tidak jarang orang menjadi bingung dan menganggap jenis musik yang mereka mainkan itu sama. Padahal, sah-sah saja kan bila satu band ingin berganti aliran.

Untuk ukuran lokal, yang banyak memainkan jenis musik emo ini adalah band-band indie, tapi ada beberapa band yang udah masuk major label yang musiknya kental dengan corak emo. Di Bandung, band atau grup musik yang mempunyai aliran dekat dengan emo contohnya adalah Bugskin Bugle, Alone At Last, juga Disconnected.


Emo saat ini sudah menjadi gaya hidup. Gaya anak-anak emo di Amerika disebut emo fag. Di Indonesia sendiri banyak anak muda yang meniru style band-band asing yang beraliran emo, mulai dari dandanan, gaya berpakaian, atau tingkah laku. Gaya anak emo merupakan campuran antara gothic, punk dan genre musik lainnya. Berpakaian ala punk, atau memakai kaos yang bertuliskan nama band, piercing, rambut spiffy dengan mata bermaskara, dan memakai eye liner hitam yang tebal. Untuk aksesori banyak juga yang memakai kacamata yang berframe

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH


1. Pendekatan Piaget: Anak operasional konkret
- Tahap operasional konkret merupakan tahapan ketiga perkembangan kognitif Piaget (rata-rata usia 7-12 th) dimana anak berkembang dalam hal logika tetapi bukan pemikiran yang abstrak.
- Anak-anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari situasi. Namun demikian, pemikiran mereka masih terbatas pada situasi-situasi nyata saat ini dan sekarang.

- Mereka memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai konsep spasial, sebab-akibat, pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi, serta angka.
- Seriasi : kemampuan mengurutkan item-item sepanjang dimensi-dimensi
- Penyimpulan transitif : pemahaman hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan keduanya dengan objek ketiga
- Pemahaman induksi : khusus – umum
- Pemahaman deduksi : umum – khusus

- Contoh-contoh pemahaman-pemahaman tersebut:
- Konsep spasial : anak memiliki ide yang lebih jelas mengenai jarak dan rute perjalanan
- Sebab-akibat : anak mengetahui atribut fisik suatu objek pada tiap sisi timbangan akan mempengaruhi hasil
- Pengelompokan : anak dapat memisahkan benda-benda berdasarkan warna, bentuk, atau keduanya
- Penyimpulan seriasi dan transitif : anak dapat menyusun tongkat dari tongat yang paling pendek hingga tongkat yang paling panjang
- Penalaran induktif : anak tahu bahwa anjingnya menggonggong, dan anjing temannya menggonggong, maka semua anjing menggonggong.
- Penalaran deduktif : anak tahu bahwa semua anjing menggonggong, spot adalah seekor anjing, maka spot pasti menggonggong.
- Konservasi : pada usia 7 tahun anak tahu bahwa jika sebuah bola tanah liat dibentuk menjadi sosis maka jumlahnya masih sama. Pada usia 9 tahun anak juga akan tahu bahwa bola dan sosis memiliki berat yang sama.






Angka dan matematika : anak dapat menghitung di dalam pikirannya dan dapat memecahkan masalah cerita yang sederhana
 Pemahaman moral berkembang dalam 3 tahap:
a. Usia 2-7 th, didasarkan pada kepatuhan dan otoritas
b. Usia 7-11 th, dicirikan dengan fleksibilitas dan sedikit kadar kemandirian didasarkan atas rasa hormat dan kerja sama yang timbal balik
c. Usia 11 th ke atas, “kesetaraan” memiliki makna yang berbeda bagi anak. Bagi mereka anak usia 2 tahun yang menumpahkan tinta seharusnya mendapat hukuman yang berbeda dengan anak 10 tahun yang menumpahkan tinta pula.

2. Pendekatan Pemrosesan Informasi: Ingatan dan keterampilan
- Anak membuat kemajuan yang stabil dalam kemampuan memproses dan mempertahankan informasi
- Metamemori : pemahaman mengenai proses ingatan
- Metakognisi : kesadaran seseorang akan proses mentalnya sendiri
- Strategi mnemonic : teknik untuk membantu ingatan
- Contoh stratgi mnemonic: penggunaan alat-alat bantu eksternal (mis: catatan), pengulangan (mis: mengucapkan secara berulang-ulang), organisasi (mis: mengelompokkan informasi ke dalam berbagai kelompok seperti hewan, tumbuhan, dll) , dan elaborasi (mis: mengaitkan item dengan sesuatu yang mudah diingat seperti sebuah frasa, tempat, atau kisah)

3. Pendekatan Psikometrik: Pengukuran kecerdasan
- Tes psikometrik untuk usia sekolah dapat disajikan dalam bentuk individu maupun kelompok
- Contoh tes kelompok : Otis-Lennon School Ability
- Contoh tes individu : Weschsler Intelligence Scale for Children (WISC), Stanford-Binet Intelligence Scale
- Teori kecerdasan Triarchic dari Sternberg, ada 3 unsur kecerdasan yaitu:
a. Componential
Merupakan aspek analitis dari kecerdasan. Tes-tes IQ konvensional hanya mengukur unsur ini.
b. Experimental
Merupakan aspek perspektif atau kreatif dari kecerdasan
c. Contextual
Merupakan aspek praktis dari kecerdasan. Praktis: menentukan bagaimana orang-orang menangani lingkungannya.
- Teori kecerdasan majemuk dari Gardner, ada delapan kecerdasan, yaitu :
a. linguistik (kemampuan menggunakan dan memahami kata-kata dan nuansa makna),
b. logika-matematika (kemampuan untuk memanipulasi angka dan memecahkan masalah logika),
c. spasial (kemampuan mencari jalan di seputar lingkungan dan menilai hubungan antara objek dalam ruang),
d. musikal (kemampuan mempersepsikan dan menciptakan pola-pola nada dan ritme),
e. tubuh-kinestetik (kemampuan bergerak dengan ketepatan),
f. interpersonal (kemampua untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain),
g. intrapersonal (kemampuan untuk memahami diri),
h. naturalis (kemampuan membedakan berbagai spesies dan karakteristiknya)
- ZPD (Zone of Proximal Development) adalah perbedaan antara item yang dapat dijawab anak dengan sendiri dan item yang dapat dijawab anak dengan bantuan


4. Bahasa dan Literasi
- Kemampuan bahasa terus tumbuh, mereka memiliki kemajuan dalam kosakata, tata bahasa dan sintaks
- Wilayah utama pertumbuhan linguistic selama masa sekolah adalah pragmatic
- Pragmatik: sekumpulan aturan linguistic yang mengatur penggunaan bahasa untuk komunikasi.
- Anak-anak dapat mengidentifikasikan kata yang dicetak dengan 2 cara:
a. Decoding
Proses analisis fonetik dimana kata tercetak diubah menjadi bentuk percakapan sebelum disimpan dan diingat kembali dari ingatan jangka pendek. Proses mengajarnya disebut fonetik atau pendekatan penekanan kode, yaitu pendekatan untuk mengajar membaca yang menekankan decoding kata-kata yang tidak familiar
b. Menyimpan dan mengingat kembali berdasarkan visual
Proses penyimpanan dan mengingat kembali suara kata tercetak ketika melihat kata sebagai suatu keseluruhan. Proses mengajarnya disebut pendekatan keseluruhan bahasa, yaitu pendekatan untuk mengajar membaca yang menekankan penyimpanan dan pengingatan kembali visual dan penggunaan isyarat kontekstual
- Keterampilan menulis tumbuh seiringan dengan perkembangan membaca

5. Anak di Sekolah
- Sekolah merupakan pengalaman formatif utama, mempengaruhi setiap aspek perkembangan
- Pengalaman awal sekolah merupaka hal yang kritis dalam mempersiapkan keberhasilan atau kegagalan masa depan
- 3 sumber masalah belajar yang sering muncul adalah keterbelakngan mental, kesulitan belajar, dan ADHD (attention deficit hyperactive disorder). Disleksia adalah kesulitan belajar yang paling lazim





Sri Esti. W Djiwandon. Psikologi Pendidikan. 2006. Jakarta: Grasindo

Pengaruh Perubahan Sistem Reproduksi Terhadap Perilaku Secara Psikologis

Pengaruh Perubahan Sistem Reproduksi Terhadap Perilaku Secara Psikologis

Masa Nifas
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989).
Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu.
Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.

Adaptasi psikologi
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah :

1. Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis.

2. Bonding attachment/ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orangtua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.

Perubahan fisiologis pada klien postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah :

”taking in”
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya, dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulia menerima penganlamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata, periode ini berlangsung 1-2 hari. Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses mengetahui/menemukan” yang terdiri dari :

Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan dengan yang diharapkan/diimpikan. Relating (menghubungkan). Ibu mengambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain

Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch”

Taking hold
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eleminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI.
Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan ktetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Di sini juga klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatn seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunju-petunjuk yang harus idiikuti tentang bagaimana mengungkapkan dan bagaiman mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Pabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan/tugas yang teleh didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman maka ibu sudah masuk dalam tahap kedua ”maternal touch”, yaitu ”total hand contact” dan akhirnya pada tahap ketiga yang disebut ”envolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.

”Letting go”
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukkan tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.

Post partum blues
Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon esterogen dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas.


Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugasnya maka keadaan ini dapat menjadi serius yang dikenal sebagai post partum depresi.

Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi kakek/nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklan sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
Depresi dapat berlangsung berbulan-bulan, minim setelah berakhirnya masa nifas atau 40 hari.
Selain karena faktor hormonan, faktor psikososial bisa memicu terjadinya depresi. Sebenarnya gejala depresi cukup beragam, tapi biasanya ada tiga gejala utama yang menyertai. Yaitu perasaan sedih, tidak memiliki energi, dan tidak bisa merasakan kesenangan.

Gejala lain yang dapat timbul kemudian seperti susah tidur, perasaan putus asa dan bisa mempengaruhi nafsu makan. Dengan demikian, paling tidak dapat mengandalikan emosi dalam diri. Langkah ini, setidaknya dapat mengeliminir faktor resiko terjadinya depresi. Untuk cara mengatasinya bergantung berat ringan depresi. Depresi ringan dapat diatasi tanpa pengobatan. Biasanya akan pulih sendiri setelah 5-6 minggu. Sementara depresi berat bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan anti depresan.

Psikoterapi juga menjadi langkah penting demi pemulihan depresi. Tindakan supportive dan psikiater akan membantu meringankan beban penderita. Yaitu memdengarkan segala problem dan keluhan pasien. Kemudian menganalisa persoalan dan memberikan dukungan. Dukungan pertama terutama harus diberikan suaminya. Sebab orang lain terdekat pada saat itu adalah suaminya.
Di samping itu juga bisa dilakukan cognitive behavior teraphy untuk mengubah kognitif penderita. Dengan terapi ini diharapakan semua pandangan-pandangan pasien dapat kembali seperti semula.
Karena jika depersi paska persalinan ini tidak ditangani sejak dini bisa berkembang menjadi depresi berat. Repotnya untuk memulihkan bisa memakan waktu berbulan-bulan, selain itu bayi akan menjadi terlantar. Sebab perasaan tidak berdaya membuat ibu enggan memberikan ASI pada bayinya, padahal pemberian ASI saat baru lahir sangatlah penting.





Referensi: http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2010/11/adaptasi-psikologi-pada-masa-reproduksi.html